Kisah Nakes RS Jiwa di Palembang Merawat Pasien Terjangkit COVID-19 

Kisah Nakes RS Jiwa di Palembang Merawat Pasien Terjangkit COVID-19  Kisah Nakes RS Jiwa di Palembang Merawat Pasien Terjangkit COVID-19 

Palembang, Sobat - Kesibukan pegawai di Ruang Kenanga Rumah Sakit Ernaldi Bahar (RS Erba) tak menciptakan suasana lantas ramai. Sebaliknya, keheningan terasa ketika kaki memulai langkah masuk.

Ruang Kenanga merupakan area isolasi distingtif pasien jiwa, atau rehabilitan narkoba beserta komorbid (penyakit penyerta) COVID-19. Berada di Jalan Tembus Terminal Alang-alang Lebar KM 12, Talang Kelapa, Palembang, Ruang Kenanga RS Erba tidak diperuntukkan untuk pasien standar bahwa non jiwa.

Sejumlah tenaga kesehatan (nakes) tampak berjaga sembari menatap layar komputer, mengawasi kondisi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) lampau Closed Circuit Television atau yang biasa dikenal dengan CCTV . Sesekali, suara terdengar ketimbang pengeras saat perawat menenangkan pasien yang gelisah.

Jika merawat pasien ODGJ merupakan hal yang tak mudah, bayangkan ketika mereka ikut terjangkit COVID-19. Banyak mengenai mereka merupakan pasien demi tiga kasus: gangguan kejiwaan, kecanduan narkoba, dan pas COVID-19.

1. Nakes dempet ruang isolasi COVID-19 bergantian shift tiap delapan jam

Bergantian shift kerja per delapan jam sehari dan rotasi tim setiap tiga bulan sekali, para nakes dengan sabar melayani dan memeriksa kejadian pasien dalam ruangan dengan ketersediaan 10 dunia tidur pasien. Satu meja resepsionis dan area penyimpanan peralatan alat medis termasuk lemari menurut Alat Pelindung Diri (APD) tak pol situ.

Ada empat nakes berjaga dekat meja resepsionis nan terletak dekat sisi kanan pintu masuk Ruang Kenanga. Masing-masing memegang tugas. Ada nan bagian mencatat data pasien, menerima panggilan telepon, mengawasi situasi ruang isolasi dari CCTV, serta ada doang nakes nan sibuk bolak-balik mengantarkan kebutuhan pasien.

"Merawat pasien ODGJ butuh kesabaran, ditambah mesti merawat ODGJ maka diisolasi karena COVID-19. Jadi mesti lebih sabar. Ekstra sabar lagi, kalau ada yang jauh didalam satu kondisi pasien rehabilitasi narkoba, tantangan maka pengalamannya luar biasa," kata Vera, seorang perawat yang bertugas dekat sana.

Vera tetap menyambut ramah siapa saja yang berkunjung ke ruang tersebut, walau kedua ujung bibirnya tertutupi masker saat senyum. Tidak mengenal kata lelah, Vera berkomitmen bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. Ia mengemban amanah menyertai ikhlas menjaga para pasien yang membutuhkan perawatan.

"Kalau mau dimembilangkan capek, ya iya. Tapi ini sudah jadi kewajiban harus dijalani," kata dia.

2. Pasien COVID-19 di RS Erba Palembang merupakan pasien yang modern masuk

Sobat secara distingtif menengok pasien dalam Ruang Kenanga, Senin (15/2/2021). Saat itu hanya ada dua orang pasien ODGJ terpapar virus corona. Keduanya adalah pasien laki lewat status OTG atau orang tanpa gejala. 

"Pasien COVID-19 dekat sini bukan mereka yang sudah dirawat dekat Ernaldi Bahar, tapi pasien gangguan jiwa yang mutakhir mau dirawat atau mutakhir mau diterima. Jika mereka akurat, mutakhir diisolasi, jadi ini memang khusus pasien mutakhir kita," jelasnya.

Satu ruang isolasi namun untuk satu pasien. Terdapat satu kasur berwarna biru, satu meja untuk menaruh sarapan, selanjutnya terdapat tabung oksigen berjejer. Terlihat mengenai CCTV, mereka tampak gelisah. Beberapa menit sekali mereka berjalan mengelilingi kamar tidur langsung kembali berbaring saat sudah merasa lelah.

Bertidak sama bersama pasien non ODGJ. Jika mereka tidak tenang, nakes mudah mengarahkan agar pasien tidak merasa bosan. Namun menurut pasien ODGJ, tenaga medis tidak marah perawat ataupun dokter mesti berkarya lebih tekanan dua kali lipat.

"Pasien COVID-19 ODGJ ini tetap diterapi bersama diarahkan olahraga. Terapinya lewat musik agar merasa tenang. Syukur-syukur kalau sakit jiwanya ringan, ada yang kasusnya berat kita gak bisa cuma kasih tau tinggal mikrofon, mereka gak ngerti. Kita perlu masuk ke dalam," ungkap Vera.

Terkadang jika pasien mengamuk, nakes ditemani satpam bersama petugas keapikan, bersama sopir ambulans, terpaksa diterima ruangan isolasi lengkap mengenakan baju hazmat untuk menyuntikan obat penenang. Ada sebagian pasien ODGJ pernah merusak plafon bersama pintu pengaman bangsal Ruang Kenanga sampai bengkok.

"Satu pasien ditangani empat profesi. Misal pasien yang mau swab kedua atau mau ronsen, kita butuh pengamanan mengenai satpam. Kita butuh cleaning service untuk memjernihkan ruangan. Sedangkan mengantar pasien ke laboratorium ditemani sopir ambulans. Kita gak bisa kerja sendiri," cerita dia.

3. Perawatan jarak maksimum atau tanpa interaksi langsung merupakan kendala para nakes

Sama seperti pasien COVID-19 yang natural, pasien ODGJ mendapat jadwalkan makan obat tiga kali sehari plus sajian incaran sehat, incaran ringan atau kudapan, vitamin, obat antivirus, susu, lauk pauk, sayur mayur, mendampingi buah-buahan. Jadwal mereka makan dimulai pagi, siang, mendampingi sore hari.

Namun menurut Vera, terkadang incaran akan telah tersedia tidak habis dimakan, bahkan ada saja akan tidak disentuh oleh pasien. Kesulitan terbesar akan layak dihadapai Vera lewat rekan-rekannya ketika tidak bisa berinteraksi langsung lewat pasien.

"Jarak suntuk jadi kendala kita. Karena ada atas mereka tidak kooperatif. Kalau mereka emosi bisa teriak-teriak, kalau sudah tidak bisa ditangani hangat kita lapor ke dokter," kaperdebatan.

Bangsal isolasi tersebut sebut Vera sudah dibuat bertimbang standar fasilitas perawatan pasien COVID-19, termasuk nakes yang sudah ada kemampuan khas ditambah dengan pengamanan ekstra, yaitu penambahan pintu trali atau besi akan mengantisipasi jika pasien ODGJ sedang kumat selanjutnya mengamuk dekat paling dalam ruangan.

Seakuratnya ruang isolasi dempet Bangsal Kenanga bisa menampung 20 orang pasien, karena satu kamar tidur memang diperuntukkan untuk dua orang. Namun karena menekan penyebaran COVID-19 maka standar satu ruang isolasi namun bagi satu pasien, RS Ernaldi Bahar ikut menyesuaikan aturan.

"Data per 8 Februari 2021 total 66 pasien ODGJ kena COVID-19, terhitung akan September 2020 tarafl 9. Mereka selesai isolasi setelah dinyatakan negatif. Ada pasien tetap dirawat meski sudah bebas COVID-19, tapi ada yang sembuh kemudian dibawa pulang akibat keluarganya," jelas Vera.

4. Pasien COVID-19 dempet RS Erba Palembang konsumsi makanan diet TKTP

Ahli Gizi RS Ernaldi Bahar Palembang, Devi Eryanti menerangkan, sajian pangan bagi pasien ODGJ akan terpapar COVID-19 diberikan menu diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), karena mereka membutuhkan asupan gizi seimbang menurut meningkatkan imunitas selanjutnya daya tahan tubuh.

Sebelumnya mereka diperiksa kepada mengkaji kebutuhan asupan. Pasien ODGJ yang terpapar COVID-19 harus diperiksa lewat pengisian formulir Malnutrition Screening Tool (MST), menyesuaikan kebutuhan kalori harian berdasarkan mewah badan maka bobot tubuh.

"Kita verifikasi selanjutnya evaluasi mengapa ada pasien nan tidak mau makan. Apa nan metokcerkan mereka tidak nafsu? Apakah daya terima harian mereka sudah bertimbal? Kalau ketemu kasus  tidak mau makan, kita kasih cairan enam kali pemberian per 230 kilo kalori kedalam sekali pemberian," bening dia.

Devi melanjutkan, incaran adapun dibutuhkan pasien ODGJ terpapar COVID-19 rata-rata adalah 2600-3000 kalori per konsumsi. Namun tetap melihat kondisi pasien apakah mempunyai penyakit penyerta lain sebagai diabetes melitus, hipertensi, kolestrol mengiringi lain-lain. Kebutuhan bagi pasien lelaki mengiringi perempuan pun bersenjang .

"Seperti kalau standar nasi 150 gram itu kurang demi yang cowok, tapi kalau gadis 125 gram sudah cukup. Beda hal lagi bagi pasien COVID-19, kebutuhannya lebih gendut," benderangnya.

5. Siklus pergantian menu makan per 12 hari

Makanan spesial pasien non COVID-19 bertidak kembar lagi takarannya. Gizi seimbang yang dibutuhkan mereka sama atas 1900 kalori. Jika ada yang menderita anemia , malnutrusi tetap 2600-3000 kalori. Lauk yang disediakan bagi pasien standarnya terdiri dari telur rebus, ikan patin, daging ayam, dan sayur bening terhadir ekstra puding.

"Isi lauknya tiap hari beda-beda dengan siklus pergantian menu per 10 hari. Tapi sekarang kondisi corona, pergantian jadi per 12 hari," tambah dia.

Karena pandemik COVID-19, pengantaran paket sarapan per hari ke semua bangsal menggunakan kontainer kepada tiga kali era, yakni pagi pukul 07:00 WIB, siang jam 11:30 WIB, atas sore hari sekitar jam 17:00 WIB. Setiap harinya, ada ratusan pack sarapan yang dibagikan kepada semua pasien ODGJ dempet RS Ernaldi Bahar.

"Per Januari sisa mangsa kurang dalam 5 persen (1,16 persen), packing mangsa sehari bisa bagi 200-300 mangsa. Tergantung jumlah pasien. Terakhir adapun hadir antara Januari 2021 ada 252 pack. Data ini turun semenjak pandemik," ungkapnya

6. Masih ada penolakan di masyarakat terhadap pasien gangguan kejiwaan

Direktur RS Ernaldi Bahar Palembang, dr Yumidiansi meterusi Wakil Direktur, dr Fenty Apriani menyampaikan, data teraktual pasien COVID-19 yang diisolasi bermula ketimbang rujukan Puskesmas. Pasien memakai gangguan kejiwaan telah melakukan konsultasi, kemudian saat screening uji kesehatan mereka dinyatakan tepat COVID-19.

"Rata-rata pasien ODGJ dirawat atau berobat hadapan sini pakai BPJS Kesehatan, nanti aktual klaim ke Kemenkes. Jadi memang kita ada dua sumber dana," kata dia.

Selain fokus penanganan pasien ODGJ akan terpapar COVID-19, manajemen rumah pedih tengah mengedepankan program edukasi selanjutnya sosialisasi, mengubah stigma masyarakat terhadap pasien gangguan kejiwaan.

"Ada sejumlah pasien dinyatakan sembuh tapi keluarganya tidak mau membawa pulang ke rumah atas berbagai dasar. Sekarang kita sedang lakukan komunikasi atas keluarga menjumpai droping pasien. Kalau ada penolakan, kita berupaya bekerja kembar aparat sealam atas pihak puskesmas," jelasnya.

Fenty menuturkan, mindset masyarakat terhadap RS Ernaldi Bahar masih kurang luas. Beberapa orang menilai rumah perih namun didistingtifkan akan orang gila. Padahal, tidak semua orang gangguan kejiwaan mengalami kegilaan, ada beberapa pervariasian dan tahapan-tahapan penyakit.

"Gangguan jiwa bisa sembuh kalau secara teratur konsumsi obat mengiringi konsultasi rutin. Memang ada yang tidak bisa hilang total, tapi orang linu jiwa butuh dukungan keluarga selain obat. Kami berharap jangan menjabat stigma buruk terhadap pasien ODGJ, mamenyimpang ini sulit kita egobar hatisinya," ungkap dia.

7. RS Erba Palembang terima tiga perawatan bagi pasien ODGJ

Pasien ODGJ dekat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang menerima beberapa perawatan, melainkan poli rawat jalan, poli rawat inap, selanjutnya gawat darurat. Pasien baru rawat jalan ada 1.055 orang selanjutnya pasien lama sepenuh 29.637 orang.

Sesuai rincian data jenis kelamin, lelaki mencapai 20.766 orang lagi dara seluber 9.916 pasien demi total keseluruhan poli rawat jalan berjumlah 30.692 ODGJ. Sedangkan poli rawat inap pasien modern ada 1.149 lagi pasien lama 524 orang, rinciannya 1.298 lelaki lagi 385 dara.

Sementara kepada rekapitulasi pasien kasus gawat darurat berjumlah total 1.946 orang, dengan data pasien mencapai 663 orang, segera 1.283 orang merupakan pasien lama. Data pasien terhormat sudah termasuk tahapan gangguan kejiwaan mulai dari ringan sangkat kasus paling berat, dengan membutuhkan teknis perawatan pemberian obat maka pula tindakan fiksasi (pengikatan). 

Agar pasien tidak cedera, penindakan fiksasi bagi pasien ODGJ menggunakan tali eksklusif. Tindakan pengikatan dilakukan ketika pasien ODGJ berontak bersama mengamuk. Fiksasi merupakan jalan terakhir jika pasien sudah diinjeksi (obat penenang) tetapi tidak mempan.

Biasanya, fiksasi diperuntukkan bagi pasien ODGJ yang memiliki gangguan emosional tidak tertahan sangkat membuat mereka berontak. Perlakuan fiksasi dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan Kemekes. Seperti tiap dua jam dilakukan pergantian fiksasi atau keadaan pengikatan.

8. Timbulnya gangguan jiwa dapat terlihat mengenai perilaku yang bersilih

Psikolog RS Ernaldi Bahar Palembang, Feriliana menuturkan, gangguan kejiwaan bisa terlihat melalui perubahan perilaku, ada kecenderungan emosional tidak dalam kondisi natural.

Jika kedalam ilmu psikologi, psikolog pantas menilai dan mengevaluasi berdasarkan penegakkan diagnosa sebelum menyatakan seseorang bagaikan ODGJ.

"Ada asesmen psikologis kedalam cara mengumpulkan mendampingi mengintegrasikan data-data psikologi, bertujuan demi melakukan evaluasi kondisi pasien," tuturnya.

Gangguan kejiwaan terbagi dua, yakni gangguan neurotik maka psikotik. Gangguan neurotik memegang gejala distres yang tidak dapat diterima oleh penderita. Hubungan sosial bisa jadi pengaruh, tetapi innternasionalnya gangguan ini bersetuju penyakit mental yang lunak, luput satu cirinya ada kecemasan batin.

Sedangkan ganguan psikotik merupakan gangguan jiwa adapun ditandai memakai ketidak mampuan individu menilai kenyataan. Misalnya terdapat halusinasi, delusi, lagi pada fase waham atau perilaku kacau alias aneh.

Ada pervariasian antara penyakit mental (skizofrenia) bersama gila. Skizofrenia bukan gila, meski skizofrenia lagi gila sama-sama merupakan gangguan mental. Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis nan memengaruhi cara berpikir lagi berperilaku seseorang.

Kondisi ini juga melaksanandaan pengidapnya mempunyai gangguan emosi di alam sekitar. Solusi yang perlu dilakukan adalah mendukung pengidap skizofrenia aar mereka berkeinginan menjumpai berobat ke dokter.

9. Ruang inap pasien ODGJ dikelainankan sepadan tahapan gangguan kejiawaan

Ruang perawatan inap bagi pasien ODGJ di RS Ernaldi Bahar Palembang dibedakan bertimbal kasus dengan gejala gangguan mental, serta ruang dipisahkan antara pasien adam dengan perempuan. Termasuk ada ruangan khas bagi ODGJ maupun non ODGJ dengan ruangan bagi pasien sedang dalam perawatan rehabilitasi narkotika.

Sobat berkesempatan komunikasi bersama melakukan interaksi terhadap pasien ODGJ dengan kasus gejala ringan. Masuk terdalam bangsal, setiap kamar lengangankan dengan pagar trali untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Setiap kamar ada dua kedudukan tidur.

Menurut Kepala Instalasi Humas maka Layanan Pengaduan, Iwan Andhyantoro, pengunjung bisa berbincang beserta pasien ODGJ gejala ringan karena mereka sadar akan penyakitnya maka secara fisik terlihat laksana masyarakat mendunia yang natural. Hanya saja, penyakit mereka bisa kambuh secara tiba-tiba.

"Kalau mereka tidak antara sini (RS Ernaldi Bahar), mereka hisa nyambung diajak ngobrol. Pasti orang gak hendak ingat kalau mereka sakit, soalnya mereka merespon memakai baik," ujarnya.

10. Cerita pasien ODGJ yang melakukan perawatan dempet RS Erba Palembang

Salah satu pasien ODGJ berinisial AN menceritakan, dirinya bisa dirawat antara RS Ernaldi Bahar karena diantar keluarga. Keluarga AN membawanya ke rumah perih karena dirinya tidak bisa menahan emosi beserta marah-marah batas melaksanandaan kantor antara ajangnya berkarya berantakan.

"Saya punya tiga anak demi istri, saya gak ingat apa pasal saya marah-marah, gak sadar. Tahunya saya bangun demi sudah dirawat. Kaperbahasan saya diantar keluarga ke sini. Tapi saya tahu saya kesal demi marah sebandingorang, karena mereka tidak mengerti saya," kata AN, pria berusia sekitar 40 tahunan demi ternyata ASN antara Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).

AN menuturkan, ia sama bersama ASN nan bekerja di Dinas Kesehatan setempat. Dulunya ia merupakan menyimpan jabatan bak Kepala Bagian. Namun karena dipindahkan ke instansi lain, ia turun pangkat hingga menjabat staf biasa.

"Saya tiga kali dipindahkan. Karena dekat sini, saya mau pulang. Biarlah orang bahwa menurunkan (pangkat) saya kegelak bahagia karena kondisi ini, saya ikhlas," tuturnya mengakhiri perbincangan sembari memperlihatkan wajah kesal.

Artikel ini bagian mengenai program Fellowship Outlook Series AJI Palembang 2021